Aloha! Setelah hampir seminggu saya tidak meng-update isi blog ini, saya akan mengajak Anda untuk mengenal salah satu kuliner khas kota asal saya, Surakarta atau yang lebih dikenal dengan Solo. Jika mister & miss bule punya makanan bernama steak, wong Solo nggak mau kalah. Wong Solo punya steak khas jowo yang dinamakan selat. Komponen si selat dan steak pun setipe, yaitu kentang, salad, wortel, buncis, dan daging (baik sapi maupun ayam). Konon, nama selat ini bukannya diadaptasi dari kata “steak” namun diadaptasi dari kata “salad”. Mungkin jaman dulu lidah wong Solo susah yes nyebut “salad”, jadinya “selat” deh.
Nevertheless, banyak rumah makan di Solo yang menyediakan selat original yang biasanya menggunakan galantin. Karena saya wong Solo aseli, agak bosan juga dengan komposisi standar menggunakan galantin. Apalagi di beberapa acara kondangan2 di Solo, selat itu menu wajib setelah sop bunga matahari. Dan itulah yang mendorong saya ke Omah Selat yang terletak di daerah Jagalan. Jagalan ini merupakan daerah pemotongan daging di Solo. Masih ada lhoo pabrik pemotongannya di dekat SMAN3 Solo. Saya tahu tempat ini atas rekomendasi Bapak, yang ternyata pemilik Omah Selat adalah temannya Bapak pas SMU (PS. Solo kota kecil yes, jadi siapapun bisa saling kenal).
Omah selat tidak hanya menawarkan menu selat standar namun juga menambahkan sentuhan2 menu modern ke dalam selat2-nya. Tentu saja masih dengan template bahwa selat itu so pasti ada kentang, wortel, salad, buncis, kuah berwarna coklat-nya yang manis, serta daging. Contohnya, menu favorit saya: Selat Iga Bakar. Hayo loh, iga bakar dijadiin menu selat? Kalau di Bandung, Iga Bakar Sijangkung yang terkenal itu ya hanya Iga Bakar di piring hot plate +nasi.
Secara kasat mata, cita rasa modern terlihat dari ditambahkannya mayonaise, keju, dan potongan sosis rebus dalam menu selat. Tak lupa, ditambahkan pula salah satu produksi khas daerah Tawangmangu yaitu ubi ungu (kalau Bogor punya Puncak, Solo punya Tawangmangu). Kata Bapak, pemilik Omah Selat ini merupakan keturunan pedagang daging jadi beliau tahu daging kualitas bagus/tidak. Daging iga-nya empuuuuuk banget, jadi nggak susah motong2+ngunyahnya. Plus, dagingnya banyaaak & ga cuma gedhe tulang doang XD. Saya juga doyan banget sama si ubi ungu yang sayangnya dalam satu porsi cuma ada 1 slice. Hiks. Ubi ungu rebus yang lembut dan manis. Slurp!
Selain menunya yang menggoda, Anda akan dimanja dengan interior Omah Selat yang unik. Di pintu masuk sudah terlihat patung yang dililit dengan kain kotak2 hitam-putih seperti di Bali. Interior di dalam ruangan memadukan budaya Jawa dan Bali. Anda akan menemukan jam kuno Jawa serta barang2 jadoel lainnya. Namun yang membuat saya mengernyit adalah: mengapa oh mengapa terdapat poster2 jadoel bule yang kerap ditempel di beberapa cafe nge-hip di Bandung. Jadi bingung kan ini konsep interiornya begimane, cyiin.
Duh, beneran deh, bingung itu kenapa poster2 bule lagi trend banget jadi tempelan interior. Mending tempel poster foto saya aja #eh #salahOrientasi. Yoweslah, yang penting perut kenyang, lidah pun terhibur oleh enaknya selat. Yumm :9
Com os melhores cumprimentos,
(Photos were taken by me. Credit is required if you are going to use those in yours.)
Basic Information
Name: Omah Selat (English translation: House of Selat)
Address: Jl. Gotong Royong No. 13 Jagalan Solo.
(Solo is located in Central Java, Indonesia. You can reach Solo by train, bus, or direct flight from Soekarno-Hatta Int’l Airport, Cengkareng – Jakarta. The flight only takes 50 minutes of your time.)
Open from 9AM to 6PM
Rating: 4 out of 5 stars
Haduh…………….
jadi pengin pulang Solo. hehehehe
selat solo, gak ada yg ngalahin segernya………………
mampir mas ke Solo lagi. ups, pulang ding ya. udah seger, murah meriah pula selat solo-nya :9
aku pernah mampir, duduk di depan..yg enggak nahan bau dari riool jalan yg masuk, jadi illfeel..sayang lohh, pdhl kayaknya makanannya enak..
Riol itu apa? 😀 jk duduk di dlm ruangan tdk ada bau apa2. Bhkan dekorasi dlmny pun indah u/ dnikmato 😉
Hape note 4 saya hilang disini. Sadis abis